Kamis, 05 Februari 2009

SEMOGA TIDAK ADA YANG BERTANYA...

12:55:00 AM

Thursday, November 06, 2008

Entah inikah yang dinamakan krisis pe-de? Pada suatu, setahun yang lalu, aku menjadi anggota biro di LDK universitasku. Sebenarnya ada rekan sesama anggota yang lebih senior, tapi karena suatu keadaan akhirnya kami cuma berdua. Satu orang koordinator dan satu orang anggota

Senang dan bahagia rasanya ketika mendapatkan koordinator yang ramah, baik, mudah akrab, suka menolong, tidak pernah memaksa, dan..(sering bayarin ongkos, hehe) .Mungkin karena orangnya yang tidak pernah memaksa dan memang tidak suka memaksa akhirnya diri ini kerap lalai dan sering membandel. Justru beliau yang sering memaksakan diri sehingga kadang-kadang kasihan. Tapi katanya dan kata mereka, semangat dan bersahabat. Subhanallah

Kejadian yang ini tercatat begitu saja dalam memoriku sudah cukup lama, dan mungkin seumur hidup sampai diri ini menjadi pikun tidak akan terlupakan (huuhh..tentu saja).

Ketika permulaan kepengurusan seminggu setelah up grading, 2 minggu setelah konsolidasi pengurus. Semua bidang baik itu departemen, biro, FS, maupun DSO harus mempresentasikan program kerja masing-masing dalam raker (rapat kerja) 16 bulan yang lalu. Seperti biasa proker (program kerja) dibacakan oleh koordinator masing-masing bidang. Pikirku saat itu, ya gak mungkin aku lah yang membacakan. Huhhh bisa meledak matang nanti otakku.

Tapi di hari yang bersejarah itulah keberanianku diuji oleh Allah. Koordinator bidangku harus pergi siang itu juga untuk survey lokasi KKN (kuliah kerja nyata) ke luar kota, sedangkan biro kami belum juga mendapat giliran untuk mempresentasikan proker. Akhirnya sesuatu yang selama ini kutakutkan terjadi juga, koordinator biro memberi mandat padaku untuk menggantikan beliau mempresentasikan proker biro kami. Saat itu jantungku langsung berdegup kencang, dada berdebar-debar, temperature badan menjadi panas, dan yang pasti warna wajahku tak lagi seperti warna aslinya. Merah dan mataku sudah berkaca-kaca.

Mungkin memalukan sekali keadaanku waktu itu. Dengan memelas kukatakan aku tidak bisa. Benar-benar tidak bisa. Aku selalu gugup berbicara pada orang banyak. Tapi kenyataannya orang-orang selalu percaya bahwa seorang Aida sebenarnya BISA. Meski sudah dipaksa-paksa aku tetap bersikukuh dan meminta beliau mengundur keberangkatan sebentar saja sampai giliran presentasi tiba. Ideku ide GILA. Ya gak mungkin lah!

Dan aku benar-benar menangis waktu itu. Kembaranku dan koordinator biro menjadi bingung. Mungkin seperti membujuk anak-anak. Begitulah pengandaiannya. Maafkan aku, Uni, wajah bingung uni ikut mendung gara-gara diri ini.

Mungkin memang berat. Dan aku harus mencobanya. Bukan begitu, Uni?? Dan sang Uni kulepas dengan berat hati. Mungkin sama. Uni membiarkanku dengan berat hati. Satu sama!!!

Dan debaran di dadaku semakin kencang. Seperti seorang suami yang menunggu kelahiran anaknya. Seperti itu. Meski analoginya tidak terlalu tepat sebab aku berharap hari segera sore. Tiba-tiba suasana begitu mencekam dan menegangkan bagiku. Wah..kegilaanku berlanjut terus. Kenapa aku jadi Aida yang sangat pemalu??

Akhirnya detik-detik mendebarkan itu berhenti di pertemuan aku dan kata-kata lisan. Dengan terbata-bata lembar demi lembar proker yang kami kerjakan malam-malam sebelum raker bahkan sampai begadang itu kubacakan. Kadang pelan, kadang cepat, kadang berhenti untuk mengumpulkan energi ketenangan diri.

Dan selesailah… kututup presentasi di balik hijab spanduk-spanduk itu dengan kalimat, “demikianlah program kerja biro kestari ana bacakan, semoga tidak ada yang bertanya.”

Meledaklah tawa ikhwan dan akhwat yang di sekitarku. Hahaha… tragis sekali nasib jiwaku waktu itu. Tapi dengan tersipu-sipu aku ikut tersenyum.

Aida… Aida… Sang Pejalan harus tetap KUAT.

SANG PEJALAN AT THE MOST PLEASANT PLACE, 6 NOVEMBER 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar